BantaengEdukasiIPTEK

Abbulo Sibatang Warga Bantaeng Dalam Empati Untuk Kebaikan Baru

Filosofi Abbulo Sibatang yang dipegang erat oleh warga Bantaeng, dalam menghadapi pandemi covid-19 dan banjir bandang terekam dengan baik dalam buku Empati Untuk Kebaikan Baru yang diluncurkan hari ini 25/12/2021 di Aula KPU Bantaeng.

Abbulo Sibatang Accera Sitongka’-tongka’ secara makna berarti menyatu laksana sebatang bambu, memiliki darah yang sama untuk saling bekerja sama. Filosofi inilah yang menjadi kekuatan warga Bantaeng dalam menghadapi pandemic Covid-19 dan juga banjir yang datang hampir bersamaan pada pertengahan tahun 2020 lalu.

Pada saat kabupaten lain sudah terpapar virus corona ini, Bantaeng masih mencatatkan diri sebagai kabupaten dengan nol kasus Covid-19. Barulah pada Mei 2020, pertahanan Bantaeng pada serangan Covid-19 akhirnya jebol juga dengan munculnya kasus suspect pertama di Bantaeng.

Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Pepatah ini mungkin tepat menggambarkan apa yang menimpa warga Bantaeng pada pertengahan tahun 2020 ini. Saat warga dan Pemerintah Kabupaten Bantaeng berjibaku dalam menghadapi pandemi Covid-19, banjir besar datang melanda Butta Toa ini.

Banjir bandang yang terjadi akibat jebolnya tanggul bendungan Balangsikuyu yang tidak mampu menampung tingginya curah hujan tersebut mengakibatkan puluhan rumah rusak berat dan hilang diterjang banjir yang disertai dengan material batu dan lumpur. Banjir bandang yang melanda kota Bantaeng (Kec. Bantaeng dan Kec. Bissappu) yang terjadi pada Jumat (12/6/2020) tersebut mengakibatkan seorang meninggal dunia dan 2.333 rumah rusak.

Tak hanya merusak rumah warga, banjir pun melumat fasilitas umum, areal perkebunan dan lahan pertanian. Di wilayah Kayangan, Bantaeng Kota bahkan mencapai ketinggian 3 (tiga) meter menyapu dan menghanyutkan 4 (empat) rumah. Rumah jabatan Bupati Bantaeng pun tak luput dari banjir. Rujab Bupati yang terletak di Pallantikang pun ikut tergenang.

Dua bencana yang datang menimpa ini bukannya membuat warga Bantaeng terpuruk, namun malah membangkitkan semangat abbulo sibatang  warga Bantaeng. Bersama Pemkab Bantaeng, berbagai komunitas, lembaga hingga individu bersatu padu bangkit dan bergerak bersama menghadapi pandemi Covid-19 dan banjir bandang.

Berbagai upaya mereka lakukan dalam semangat abbulo sibatang, semisal bagaimana Komunitas Pencinta Alam Mapia Adventure Bantaeng dan Serambi Baca Tau Macca yang berada di Desa Bonto Lojong, Kec. Uluere dalam menghadapi pandemic Covid-19. Desa mereka, Batu Lojong, berada di ketinggian 1000 mdpl dan merupakan daerah penghasil sayur.

Mereka melihat sebelumnya belum ada program pemerintah dan relawan yang membagikan sayur sementara desa mereka adalah penghasil tanaman sayur dataran tinggi. Tercatat, beberapa kali mereka turun gunung membawa sayuran dalam jumlah yang tidak sedikit untuk mereka bagikan pada warga kota Bantaeng yang membutuhkan.

“Awalnya sayuran itu berasal dari kami saja (KPA Maipa dan Serambi Baca Tau Macca), namun melihat apa yang kami lakukan warga kemudian tergerak untuk ikut menyumbangkan sayuran mereka” ungkap Jamal saat peluncuran buku Empati Untuk Kebaikan Baru. Jamal Mapia menceritakan gerakan berbagi sayur dalam tulisan Menjalani Jalan Kerelawanan, Relawan Turun Gunung (hal 228).

Beberapa peserta dan penulis berfoto bersama dalam launching buku Empati Untuk Kebaikan Baru

Apa yang dilakukan oleh Jamal dan kawan-kawan rupanya menginspirasi anak-anak muda yang tergabung dalam Forum Pemuda Tani Desa yang kemudian ikut mengumpulkan berbagai hasil kebun mereka untuk kemudian dibagikan bagi orang-orang yang membutuhkan, utamanya yang berada di Bantaeng Kota. Adalah Fitriani Magassing yang menuliskan gerakan ini dalam tulisan Cinta Dari Pelosok Desa (hal 79).

Perlawanan terhadap pandemi pun juga dilakukan di Kecamatan Tompobulu. Kisah mereka terekam dalam Di Utara Butta Toa, Relawan Melawan (hal 117), yang dituliskan oleh Irham Al-Hurr. Tak hanya membuat panik warga perkotaan, virus corona pun membuat ketakutan pada warga Tompobulu, kecamatan yang berada di bagian utara Bantaeng  dan berada di areal pegunungan. Warga kemudian memborong berbagai kebutuhan rumah tangga secara berlebihan.

Melihat kepanikan warga Tompobulu, beberapa pemuda kemudian melahirkan gagasan untuk membentuk tim relawan yang kemudian mereka namai Relawan Solidaritas Multipihak Tompobulu. Tim ini terdiri dari relawan yang berasal dari desa dan kelurahan di wilayah Tompobulu. Tim relawan ini melihat, tak hanya mempercepat pembahasan pembagian bahan pokok dan makanan,juga diperlukan semangat besar dan kreatifitas untuk mendapatkan solusi pencegahan penyebaran Covid-19.

Tim relawan ini kemudian mengambil beberapa langkah sebagai upaya pencegahan penyebaran virus seperti pembuatan peta spasial dan peta tiga dimensi untuk memudahkan mereka memetakan dan mengambil langkah selanjutnya, semisal penentuan titik-titik masuk ke Tompobulu di mana mereka membangun posko penjagaan.

Langkah lain yang mereka tempuh adalah penyemprotan disinfektan dan pembagian alat pelindung diri, juga melakukan sweeping bagi masyarakat yang keluar rumah dan tidak menggunakan masker. Relawan akan membagikan masker saat menjumpai warga yang tidak menggunakan masker. Mereka menggandeng Polsek dan Koramil Tompobulu dalam perang melawan virus Corona.

Tiga kisah di atas hanyalah sebagian kecil dari upaya warga dan juga Pemkab Bantaeng dalam membendung serangan corona yang terekam dalam buku Empati Untuk Kebaikan Baru. Buku terbitan Liblitera Press bekerja sama dengan Boetta Ilmoe – Rumah Pengetahuan ini memuat 57 tulisan warga Bantaeng. Tulisan – tulisan yang termuat dalam buku ini berasal dari naskah-naskah Lomba Menulis Esai Gebrak Ramadan 2020 ditambah tulisan-tulisan lain yang dihimpun oleh Boetta Ilmoe.

“Sebenarnya ada 70 naskah, pasalnya dari 57 warga ada yang mengirimkan tulisan lebih dari satu namun 57 tulisan inilah yang kami pilih untuk kami masukkan ke dalam buku” ungkap Sulhan Yusuf, CEO Boetta Ilmoe – Rumah Pengetahuan. Lebih lanjut Sulhan Yusuf mengungkapkan bahwa penerbitan buku diniatkan sebagai kado untuk ulang tahun Kab. Bantaeng ke 767 tahun pada tahun ini.

Dalam acara peluncuran buku ini yang dipandu oleh Rahman Ramlan Direktur Bonthain Institute ini, Sulhan Yusuf menjelaskan bahwa sangat penting untuk merekam bagaimana upaya warga dan Pemkab Bantaeng dalam bahu membahu menghalau pandemic Covid-19, utamanya saat-saat awal persebaran, dan menghadapi banjir di saat bersamaan. Juga bagaimana siasat-siasat warga dan Pemkab Bantaeng dalam beradaptasi di tengah kepungan virus dan banjir.

Bupati Bantaeng Menghadiri Launching Buku Empati Untuk Kebaikan Baru di Aula KPU Bantaeng, 25/12/2021

Bupati Bantaeng, Dr. Ilham Syah Azikin, yang hadir dalam peluncuran buku Empati Untuk Kebaikan Baru ini menyatakan rasa syukurnya atas terbitnya buku yang mendokumentasikan berbagai gerakan dan aksi sosial masyarakat bersama pemerintah Bantaeng. Melalui buku ini, lanjut Bupati, kita akan mengenali lebih jauh mengenali masyarakat Bantaeng. Dalam menghadapi pandemi dan banjir, Bantaeng bukannya mengeluh, memelas atau saling menyalahkan, tapi justru bangkit membangun solidaritas dan kekuatan berupa empati.

“Dua cobaan yang terekam dalam buku ini menunjukkan ada empati yang menjadi kekuatan hingga kita (warga dan Pemkab Bantaeng) bisa tetap produktif. Contohnya, buku ini bisa terbit meski di tengah bencana” tutur Bupati Bantaeng.

Lebih lanjut, Dr. Ilham Syah Azikin berharap akan lahir penulis-penulis baru dari Bantaeng seperti halnya Sulhan Yusuf, seorang penulis dan pegiat literasi dari Bantaeng. “Semua pernah terpuruk (menghadapi pandemi dan banjir) tapi saat-saat seperti itulah yang menyatukan dan membangkitkan kebersamaan kita hingga bisa tetap produktif” tuturnya.

Beberapa pejabat dalam lingkup Pemkab Bantaeng turut hadir dalam peluncuran buku ini, antara lain; Asisten III Bidang Administrasi, Kadis Pariwisata, Kepala Dinas Kominfo Statistik dan Persandian, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja, dan Camat Bantaeng.

Dalam kesempatan ini Asisten III Bantaeng. mewakili Organisasi Perangkat Daerah (OPD), membeli 100 eksemplar buku untuk dibagikan ke OPD-OPD di Bantaeng. Begitu pun Bupati Bantaeng yang memboyong 67 buku untuk dibagikan kepada warga melalui lurah dan kepala desa yang ada di Kabupaten Bantaeng.

Penerbitan buku yang berisi kumpulan tulisan warga Bantaeng ini sejalan dengan misi Bonthaina.com dalam pengembangan literasi di Kabupaten Bantaeng. Bonthaina menjalin kesepakatan dengan Boetta Ilmoe-Rumah Pengetahuan untuk bersama-sama menggerakkan dunia kepenulisan di Butta Toa. Salah satu upaya itu adalah penyediaan rubrik jurnalisme warga di website ini. Melalui rubrik jurnalisme warga ini, Bonthaina dan Boetta Ilmoe, membuka ruang sebesar-besarnya bagi warga Bantaeng yang ingin mengirimkan tulisannya untuk ditayangkan di website ini.

Sebagai langkah awal, redaksi Bonthaina akan memuat tulisan-tulisan yang ada dalam buku Empati Untuk Kebaikan Baru dalam rubrik jurnalisme warga. Selain itu, Bonthaina juga akan menghadirkan kolom Daeng Litere’ yang akan diampu oleh Sulhan Yusuf. Rubrik jurnalisme warga dan kolom Daeng Litere ini akan tayang perdana pada awal tahun 2022.

Untuk mendapatkan buku ini bisa menghubungi Sulhan Yusuf di nomer 0813-4265-6597

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *