Molit dan Kisah Lapak Pertama
Prakariaan cuaca di Bantaeng, Sabtu, 20 Mei 2023, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, umumnya cerah berawan. Artinya, tidak terik, pun tiada hujan. Lapik ramalan cuaca memungkin menggelar lapak di tenpat terbuka. Maka selaku CEO Boetta Ilmoe-Rumah Pengetahuan, meneguhkan diri menyelenggarakan tajuk acara, Peluncuran dan Sawala Buku Gemuruh Literasi. Bertempat di area Taman Bermain Anak Pantai Seruni Bantaeng, persisnya di depan Kopiriati Café, pukul 14.30-17.30 WITA.
Momentum tersebut, didukung pula oleh hadirnya Motor Literasi (Molit), yang telah diresmikan penggunaannya oleh Nirwan Arsuka, pendiri Pustaka Bergerak Indonesia (PBI), beberapa hari sebelumnya. Sekadar menegaskan kembali, Molit merupakan hibah dari PBI, atas sokongan dari Dirjenbud, LPDP, dan Dana Indonesiana. Molit didedikasikan buat Masyarakat Literasi Bantaeng (MLB) untuk menggairahkan kepustakaan dan kebudayaan di Bantaeng.
Waima, pintu masuk Molit via Boetta Ilmoe, tetapi kepemilikian dan kegunaannya digawangi oleh satu foum informal, Masyarakat Literasi Bantaeng, untuk kejayaan literasi Bantaeng. Penanggung jawab Molit, telah ditunjuk seorang pustakawan Bank Buku Boetta Ilmoe, Ikbal Haming. Sebagai bentuk pertanggung jawaban saya kepada Nirwan, saya segera menguritakan tentang kedudukan Ikbal, sekaligus memohon agar dimasukkan ke grup WA Pustaka Bergerak. Sebab, Nirwan sendiri berharap agar sekotah aktivitas Molit didedahkan lewat grup dan fasilitas medsos lainnya.
Nah, sewaktu terjadi japrian antara Ikbal dan Nirwan, terselip kata Molit Peradaban. Berlapik unjuk kata tersebut, akhirnya Ikbal mengusulkan agar dipatenkan nama armada pustaka bergerak ini, menjadi Molit Peradaban. Jadi kisanak-nyisanak sekalian, bila suatu nanti saya menyebut kata “Molit”, maka maksudnya, Motor Literasi Perabadan. Molit, singkatan dari Motor Literasi. Lalu, kata peradaban? Saya sarankan agar mengeja kembali tulisan saya, berjudul “Motor Peradaban”.
Bak persona, Molit mulai tebar pesona. Memesona khalayak. Pertanyaan-pertanyaan tentangnya, bertubi-tubi walau belum beribu-ribu. Apatah lagi, tatkala menyata di helatan Peluncuran dan Sawala Buku Gemuruh Literasi, mulai dari cilik, anak-anak, remaja, pemuda, hingga orang dewasa, mengelilinginya, walau belum menyemut. Saya mengamati dari jarak sepelemparan batu, seolah Molit melambaikan tangan pada saya, sembari bertutur, “Cinika. lihat aksiku, aku mulai bergerak. Meski baru sebatas tebar pesona.”
Gambar lambaian tangan dari box Molit, sungguh bukan gambar sembarangan. Melainkan sapaan salam bergerak, bersifat universal tinimbang simbol salam literasi selama ini. Jadi, salam literasi ala PBI, simbolnya berupa lambaian telapak tangan terbuka. Alasan filosofisnya, telah dibenderangkan oleh Nirwan dalam ulasannya, “Tentang Salam Bergerak”. Ia menggali tambang kebudayaan, bersua peradaban lama berupa lukisan tangan lima jari di gua-gua cadas purba.
Pun, salam bergerak diilhami oleh gambar tera tapak tangan surat Nabi Muhammad ke biara St. Chaterine, tehnik navigasi samudera dengan lima jari, gerak dinamis tapak lima jari penari Kecak di Bali, dan gambar tapak tangan di pesawat angkasa Pioneer 10 dan 11. Akumulasi latar filosifis dibumikan dalam laku keseharian para pegiat literasi, termasuk benda-benda pendukung bergeraknya: Molit.
Tebar pesona Molit menjaring persona “kosong satu” dan “kosong-kosong” Bantaeng. Bupati Bantaeng, Ilham Azikin dan Ketua Tim Penggerak PKK Bantaeng, Sri Dewi Yanti. Ketika pucuk persamuhan peluncuran dan sawala buku tiba, saya mengajak Ilham agar menengok keelokan Molit. Kenapa? Saya membatin sembari menebak, saat Ilham berbicara tentang buku Gemuruh Literasi yang saya serahkan untuk diluncurkan, bola matanya sempat tertumbuk di sudut lokasi helatan. Sepertinya Molit menggodanya, sebab lambaian tangan jelas menghidunya.
Ilham, Sri, dan rombongan, serta segenap penghadir hajatan, melangkah beriringan. Setiba di depan Molit, boxnya tersingkap, Ilham mulai meraba tiang-tiang penyangga box. Kalakian, Ilham duduk di box, sambil bercakap-cakap penuh canda, saling goda di antara pengerumun Molit. Saya segera bertransformasi menjadi Molit, mewakili Molit bercakap-cakap dengan Ilham. Sederet tanya ditujukan kepada Molit, eh … saya. Mulai dari proses mendapatkan, sampai pada apa yang akan dilakukan bersama Molit.
Molit menghidu saya, seolah memandu saya bercakap guna menjawab pertanyaan Ilham, maupun celutukan beberapa orang penyerta bupati dan segelintir penghadir. Tak kuasa saya larut dalam imajinasi. Sepertinya Molit bagai perjaka atau gadis remaja, banyak yang ingin memacarinya. Mau menjadi kekasihnya. Bahkan, tidak sedikit persona mau berkencan dengan Molit. Lebih agresif lagi, salah seorang pegiat di komunitas literasi, Rumah Baca Suluk Tiao, mengajukan lamaran, agar esok, hari Ahad, 21 Mei 2023, melapak di markasnya, sebab akan ada bincang literasi sembari memperingati 25 tahun Reformasi. Lamaran langsung saya okekan.
Ilham masih asyik masyuk larut dalam pusaran percakapan. Di atas box, Ilham duduk dengan posisi kaki menggelantung. Ia meyedekapkan tangan. Saat ada jeda sejenak percakapan, saya segera menyalip, mengemukakan satu permintaan, agar Ilham menaiki Molit. Ilham bergeser tempat duduk, dinaikinya Molit. Tangan Ilham memegang stang setir Molit. Kunci stater dinyalakan. Molit mengeluarkan suara khas motor roda tiga: Viar. Masih halus suaranya, maklum motor baru. Ilham menindis tombol klakson, Molit menyahut, sebagai tanda oke buat kebaikan bersama.
Arkian, toa masjid memberi isyarat lewat lantunan ayat-ayat suci-Nya. Penanda Magrib makin jelas. Senja Pantai Seruni Bantaeng bakal berpucuk. Baskara menenggelamkan diri di kaki langit. Malam segera menyata, saling pamit di antara penghadir hajatan mengakhiri persamuhan. Ilham kala pamit, menjabat tangan, lalu setengah berbisik pada saya, tapi menjadi lebih elok jika jadi rahasia.
Molit Peradaban sukses tebar pesona di lapak pertamanya. Tidak sedikit yang jatuh cinta pada Molit. Tentu saja, sekotah pecinta itu adalah cinta pertama Molit. Tahukah kisanak-nyisanak rasanya cinta pertama? Tak terdefenisikan. Dan, itu semua tercipta di lapak pertama Molit.