Reuni, Alumni, dan Royalti
Meski semangat dan motifnya tidak seperti prosesi ibadah haji ke Mekah, atau berjalan kaki ala walking arbaeen ziarah ke Karbala, tapi keinginan untuk berjumpa pada satu titik, karena ada kerinduan kolektif, menjadi lapik utama dari setiap hajatan reuni. Bila didefenitkan, reuni merupakan tindakan untuk bertemu kembali, sebab pernah terjadi persuaan di masa lalu.
Selain untuk menjernihkan ingatan, reuni juga menghangatkan kenangan bersama. Saya menduga, kata “reuni” bertumpu pada asal kata re dan uni. “Re” berarti kembali, “uni” bermakna persatuan. Maka jadilah pengertian reuni sebagai kembali bersatu. Waima, penyatuan itu tercipta dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Keinginan untuk reuni bisa melanda siapa saja. Termasuk sekaum lulusan SMA Neg. 160 Bantaeng, yang berubah menjadi SMA Neg. 1 Bantaeng. Bayangkan saja, lulusan tahun 1970-an hingga 2020-an, menyatu dalam satu hasrat, mau berjumpa dengan kawan-kawan lama. Tentu derajat kerinduan itu bertingkat-tingkat. Semakin berumur, makin tinggi gairahnya.
SMA Neg. 1 (Smansa) Bantaeng, ditabalkan lahir pada 63 tahun lalu. Tepatnya, 1 Juli 1960. Jumlah alumninya diperkirakan 11.000 orang. Sedangkan yang hadir, sekitar 2.800 orang. Di bawah komando Abdul Wahab (Sekda Bantaeng), sebagai Ketua Umum Reuni Akbar Smansa Bantaeng 2023, didampingi oled Wahid Rhani Arifin (Kepsek Smansa Bantaeng) selaku sekretaris, dan didukung seorang ketua harian, bertindak sebagai ketua panitia, Nurdin Halim. Pun, sederet personil panitia dari unsur setiap angkatan.
9-10 September 2023, Sabtu-Ahad, patokan waktu bereuni. Titik sentralnya di sekolah. Aneka rangkaian kegiatan. Simposium, malam ramah tamah, dan jalan santai. Tiga item kegiatan utama ini, masing-masing punya target. Simposium untuk merumuskan model kelembagaan alumni. Malam ramah tamah dihadirkan sebagai silutarahmi dengan Pemda Bantaeng, guru pensiun dan aktif. Arkian, jalan santai dari Pantai Seruni Bantaeng ke sekolah, sebagai upaya mengenang ke sekolah berjalan kaki.
“Maiki ri Sikolata”, seikat tema reuni, bermaksud ajakan mari ke sekolah kita. Buat apa ke sekolah bagi para alumni? Untuk membayar royalti. Mengapa harus demikian? Sebab pertama, sekolah telah berinvestasi kepada setiap alumni, saat masih bersekolah. Selama menjadi siswa-siswi, sekolah telah berinvestasi berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Sekolah adalah lembaga pengetahuan, tempat pembibitan keterampilan, dan penanaman sikap. Inti dari pendidikan dan pengajaran, terletak pada aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap, sebagai satu kesatuan bersifat holistik. Tiga aspek tersebut sama pentingnya buat pelabur para pelajar. Tiga komponen itu, menjadi bekal dari sekolah untuk melatai kehidupan alumni. Apa pun profesi dari seorang alumni di kekinian, hasil dari investasi pengalaman bersekolah, baik langsung maupun tidak langsung.
Kedua, sekolah telah memberikan kenangan. Simpaian memori tatkala bersekolah, sungguh merupakan energi bagi setiap alumni. Peristiwa kala bersekolah, entah itu manis atau pahit, maupun campuran keduanya, tatkala sudah jadi kenangan, akan selalu indah untuk dikenangkan. Kenangan bagi seorang anak manusia, sebentuk anak tangga menuju kebahagiaan. Ketika reuni dengan kawan-kawan, gumpalan peristiwa diurai sedemikian rupa, diceritakan kembali kejadian-kejadian, lalu tertawa bersama, maupun tersenyum simpul berjemaah. Para alumni pastilah setia pada peristiwa, diceritakan kembali sebagai tulangnya jiwa.
Apa yang harus dilakukan? Tunaikan royalti sebagai alumni, sebab sekolah telah memberikan investasi dan mengawetkan kenangan. Pembayaran royalti beragam wujudnya. Bersifat fisik-nonfisik, materiil-nonmateriil, jasmani-rohani, raga-jiwa. Para alumni boleh melunasinya dengan cara yang sesuai dengan kapasitas dan kemampuan. Maka kesadaran mengontankan royalti adalah koentji.
Dari mana mesti mulai? Pelembagaan alumni solusinya. Tak dapat dimungkiri, sejauh ini, alumni telah menunaikan kewajiban royaltinya, tapi secara individual dan berkelompok dalam bentuk konsolidasi angkatan. Para alumni Smansa Bantaeng masih seperti lidi-lidi berserak, belum jadi sapu untuk ikut mengentaskan masalah-masalah yang dihadapi sekolah. Menu pepatah lama perlu disajikan kembali, “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”.
Pucuk Reuni Akbar Smansa 2023 telah membuktikan, pembayaran royalti mengalir deras. Baik individu maupun perangkatan. Keinginan untuk membangun dan merehabilitasi gedung, pengadaan mobil sekolah, tali kasih kepada para guru, dan pembenahan perpustakaan, tercipta secara spontasn di arena reuni. Nah, urgensi rumusan pelembagaan alumni menjadi tindakan strategis, untuk mewujudkan lidi-lidi berserak menjadi ikatan sapu lidi.
Ikatan sapu lidi alumni, tentu saja hadir berfungsi ganda. Ikut mengentaskan masalah di sekolah, pun akan berkontribusi pada negeri tempat sekolah: Bantaeng. Sebaran alumni yang terserap masuk ke Bantaeng dengan beragam profesi, telah menunjukkan kontribusinya secara profesional berbasis individual. Pendakuan Bupati Bantaeng, Ilham Azikin, di malam ramah tamah menguatkan, sederet pemangku kebijakan di OPD merupakan alumni Smansa Bantaeng.
Alumni Smansa Bantaeng mudah dijumpai dalam berbagai lini kehidupan. Saya berani berucap, tunjukkan pada saya jenis profesi, maka akan kudedahkan alumni Smansa Bantaeng. Di udara, laut, dan darat, pasti ada alumni Smansa Bantaeng. Bahkan, di sekotah penjuru mata angin, alumni Smansa Bantaeng, terbang bersama angin mengisi pelosok negeri. Artinya, Smansa Bantaeng telah menjelma sebagai institusi pemasok sumberdaya manusia, di dalam dan luar negeri.
Reuni Akbar 2023 Smansa Bantaeng, secara umum sekolah, khusus per angkatan, lebih khusus invidu, usai sudah. Battuma ri sikolaya, saya sudah datang di sekola kita, seamsal jawaban dari maiki ri sikolata. Telah tunai rinduku. Lappasami nakkuku ri sikolaya, ri urang-urangku, dan ri gurungku. Lunas rinduku pada sekolah, pada kawan-kawanku, dan pada guruku. Tiada mantan sekolah, teman, dan guru.
Akhir pekan yang membahagikan bagi setiap alumni. Para alumni sudah kembali pada rutinitas masing-masing dengan pelabur kehangatan peristiwa baru, sebagai buah dari pengawetan kenangan. Ada cerita didaur ulang. Cerita sebagai tulangnya jiwa, telah menegakkan muruah kelanjutan hidup lebih baik. Dan, sungguh berbahagia penyelenggara, telah memasukkan rasa bahagia pada sekotah penghadir reuni.