Wisata Budaya Bantaeng Yang Wajib Kalian Kunjungi
Wisata Budaya Bantaeng Yang Hits dan Wajib Dikunjungi
Bantaeng merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel). Kabupaten ini memiliki penduduk lebih kurang 178. 699 jiwa. Bantaeng awalnya dikenal sebagai Bantayan yang kemudian berganti nama pada tahun 1962. Sejarah Bantaeng cukup unik karena nama Bantayan berarti tempat pembantaian kerbau atau sapi.
Bantaeng menawarkan berbagai macam peninggalan sejarah, budaya, kuliner, tempat wisata dan lainnya menjadikan tempat ini banyak dikunjungi masyarakat lokal, di luar Bantaeng bahkan wisatawan asing. Tidak salah pemerintah Bantaeng, sangat memperhatikan pariwisata lokal di daerah tersebut.
Wisata Budaya Bantaeng
Ketika berkunjung, anda tidak hanya akan belajar mengenai sejarah, tempat wisata namun juga budaya Bantaeng. Terutama bagi anda yang senang belajar budaya Indonesia. Wisata budaya Bantaeng juga tidak kalah menarik dari daerah lain. Berikut wisata budaya yang harus dikunjungi:
Rumah Adat Balla Lompoa
Bangunan bersejarah Bantaeng ini terletak terletak di Jalan Bolu, Kampung Lantebung, Kelurahan Letta, Kecamatan Bantaeng. Balla Lompoa sendiri dalam bahasa Makassar, berarti rumah besar atau rumah kebesaran, yang berfungsi sebagai kediaman pribadi atau istana raja pada jamannya dan sekaligus menjadi pusat pemerintahan.
Rumah adat Balla Lompoa ini juga dinamakan Balla Lompoa ri Lantebung. Pada jaman dulu, kampung tersebut banyak ditumbuhi lantebung yang dalam bahasa setempat berarti ilalang liar. Balla Lompoa Ri Lantebung merupakan kediaman seorang raja pada zaman kerajaan di Butta toa, yakni Karaeng Pawiloi yang memimpin kerajaan Bantaeng, pada Tahun 1912 – 1947.
Bangunan Balla Lompoa ini berbentuk rumah panggung yang terbuat dari kayu. Memiliki tiga jendela di bagian depan yang dibiarkan terbuka. Sementara tangganya terletak di sisi kanan bangunan. Atapnya berwarna merah, dan di ujung puncak bubungan atap terdapat ukiran naga, sebagai penanda status sosial. Sedangkan di bagian belakang puncak bubungan atap terdapat ukiran ekor naga adalah ekornya.
Saat ini Rumah Adat Balla Lompoa menjadi pusat pelaksanaan acara adat di Kabupaten Bantaeng.
Masjid Tua Tompong
Masjid ini berada di jalan utama poros Bantaeng – Makassar, tepatnya terletak di Jalan Bête-Bete Kelurahan Letta Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng. Masjid Tua Taqwa Tompong awalnya hanyalah Langgar pada tahun 1885 namun karena kebutuhan jamaah pada saat itu semakin banyak, maka dibuatlah Masjid atas usulan Syekh Nur Baharuddin yang merupakan pembawa Islam pertama di Bantaeng.
Masjid Taqwa Tompong dibangun oleh raja pertama di Bantaeng yaitu Karaeng Panawang bersama pemangku adat dua belas. Kemudian pada tanggal 22 Jumadil akhir 1304 H, tahun 1887 menjadi Masjid yang pertama dibangun di Kabupaten Bantaeng oleh salah seorang saudagar kaya yang berasal dari Kabupaten Wajo yang bernama Haji La-Bandu yang menikahi wanita asal Bantaeng yang bernama ibu Bedja.
Masjid ini tersebut merupakan Masjid tertua di Kabupaten Bantaeng yang masih mempertahankan bentuk struktur bangunannya yaitu bentuk atap tumpng tiga serta unsur simbolik yang terdapat pada masjid tersebut dan mustak pada puncak Masjid terdapat keramik guci peniggalan Dinasti Ming yang tidak di miliki oleh Masjid lain. Dinding mesjid didesain dari empat pilar dengan ornamen-ornamen Eropa. Jika diperhatikan, bangunan Masjid Taqwa Tompong mirip atapnya dengan Masjid Agung Demak yang merupakan Masjid tertua di Jawa Tengah.
Gua Batu Ejayya
Gua batu Ejayya berada di kawasan Bontojaya, kecamatan Bissapu, Bantaeng. Untuk menjangkau lokasi ini juga tidak sulit karena akses jalannya bagus. Dalam bahasa masyarakat setempat, “Ejayya” berarti “merah”. Pasalnya, batu raksasa tersebut akan nampak berwarna merah jika dilihat dari kejauhan. Pemandangan berbatuan dan pepohonan kapuk randu sangat indah. Gua ini sering dikunjungi oleh para wisatawan.
Di dasar bukit Gua Batu Ejayya ini terdapat sebuah telapak tangan manusia. Sayangnya, kondisi telapak tangan tersebut mulai memudar. Perlu ketelitian untuk dapat melihat jelas bekas telapak tangan itu. Sebagian warga menganggap, telapak tangan tersebut merupakan telapak orang pertama yang menginjakkan kakinya di Bantaeng. Di tempat ini juga banyak ditemukan sejumlah benda purbakala berupa kerang dan serpihan senjata. Benda-benda itu sudah diamankan oleh pihak Badan Purbakala Provinsi Sulsel.
Cukup mudah untuk mengunjungi gua ini. Jaraknya hanya berkisar 16 kilometer dari Kota Bantaeng. Segala macam kendaraan dapat mengakses jalan menuju tempat ini. Untuk mencapai puncak bukit ini, pengunjung harus melewati beberapa gua kecil. Sesekali, pengunjung juga akan mendaki dinding-dinding terjal bukit ini. Bau kelelawar kadang menyengat hidung.
Gua Batu Ejayya ini sangat ramai dikunjungi usai Lebaran oleh warga Bantaeng yang ingin menikmati keindahan batu raksasa. Di puncak bukit, terdapat sebuah batu yang cukup besar. Dari atas puncak batu tersebut, wisatawan bisa melihat Kabupaten Bantaeng secara keseluruhan.
Tips Menemukan Hotel Terjangkau di Bantaeng
Saat berlibur ke Bantaeng, menemukan dan menentukan hotel i Bantaeng bisa dibilang susah-susah gampang. Tidak banyak pilihan yang bisa dipilih. Namun, bukan berarti tidak ada. Beberapa hotel Bantaeng sudah memiliki kamar mewah dan lokasi strategis. Anda bisa menggunakan situs atau aplikasi untuk memesan hotel. Terlebih dahulu perhatikan review hotel Bantaeng dari pengguna sebelumnya. Hal tersebut dapat dijadikan referensi untuk anda. Harga hotel biasanya mulai dari Rp. 200.000. Pesanlah jauh-jauh hari agar mendapat hotel yang diinginkan.